BALI – Yayasan NextICorn kembali menggelar program Next Indonesia Unicorn (NextICorn) summit di Jimbaran, Bali pada 14-15 November nanti. Sebanyak 104 startup bakal bertemu dengan 150 investor global dalam ajang tersebut.
Ketua Umum Yayasan NextICorn Daniel Tumiwa mengatakan, ada 132 perusahaan rintisan yang ditarget turut serta dalam ajang itu. Namun, baru 104 di antaranya yang mendaftarkan diri.
Padahal ada 150 investor global yang diundang dalam acara ini. Beberapa di antaranya Sequoia, Vertex, Temasek, Alpha JWC Ventures, Warburg Pincus, EV Growth, dan lainnya. Sequoia merupakan investor tiga unicorn Indonesia yakni Gojek, Tokopedia, dan Traveloka.
Alpha JWC Ventures juga merupakan investor dari startup besutan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming yaitu Goola. “Startup yang baru (ikut NextICorn) ada sekitar 40,” kata Daniel di Jakarta, Kamis (7/11).
NextICorn sudah dua kali digelar, yakni pada Mei dan Oktober 2018. Perusahaan rintisan yang ikut terus meningkat, dari 65 menjadi 88, dan kini ditarget 132. Jumlah investor juga naik dari 89 menjadi 125, dan dibidik 150 pada tahun ini.
Pada Mei 2018, ada 2020 permintaan pertemuan antara startup dengan investor. Namun yang terealisasi hanya 1.035 karena keterbatasan ruang dan waktu. Pada Oktober 2018, ada 801 pertemuan dari total 3.999 permintaan.
Tahun ini, ada 4.800 permintaan pertemuan. Namun, Daniel memperkirakan hanya akan terealisasi 1.500. “Kami fokus pada meetings,” kata dia. Sebab, peluang kesepakatan antara startup dan investor lebih terbuka lebar lewat pertemuan bilateral seperti ini.
Perusahaan rintisan yang bisa ikut NextICorn pun dikurasi. Salah satu syaratnya, berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Penanaman Modal Asing (PMA) dengan kepemilikan modal lokal minimal 25%. Setidaknya sudah memeroleh investasi US$ 100 ribu dari investor eksternal.
Bila masih bootstrap atau didanai oleh pendiri, startup media minimal punya lima juta pengguna aktif bulanan (Month Active User/MAU) untuk bisa ikut NextICorn. Bagi startup e-commerce, minimal nilai transaksinya (Gross Merchandise Value/GMV) lebih dari US$ 1 juta atau aplikasinya diunduh satu juga kali.
Sedangkan bagi perusahaan rintisan di bidang Software as a Service (SaaS), minimal Annual Recurring Revenue (ARR) sebesar US$ 500 ribu.
Dari sisi pendanaan, sekitar 20% perusahaan rintisan sudah mendapat pendanaan kurang dari US$ 1 juta. Kemudian, 55% memperoleh pendanaan US$ 1 juta-US$ 5 juta, dan 25% di atas US$ 5 juta.
Daniel mengatakan, berdasarkan informasi yang ia terima, startup di bidang agrikultura, pendidikan, dan kesehatan yang paling banyak dicari. Hanya saja, menurutnya perusahaan rintisan terkait agrikultura yang ikut NextICorn masih sedikit jika dibanding permintaan. Adapun Yayasan NextICorn dibentuk pada April lalu. Sejak saat itu, penyelenggaraan NextICorn dibiayai secara mandiri.
Sumber: Katadata.co.id