Jakarta – AMVESINDO baru saja merampungkan acara webinar bertajuk “Perjalanan Startup Menuju IPO” yang diadakan pada 16 September 2021 lalu. Pada acara yang diikuti oleh 291 peserta ini, AMVESINDO mengusung tema yang terinspirasi dari kesuksesan beberapa startup lokal seperti Bukalapak dan Cashlez yang telah berhasil melantai di Bursa Efek Indonesia. Webinar ini mengundang beberapa narasumber dari instansi nasional seperti Yustianus Dapot T. selaku Direktur Pengawasan Lembaga Pembiayaan OJK IKNB, Nurkhamid selaku Kepala Bagian Penilaian Perusahaan Jasa Keuangan OJK Pasar Modal, kemudian Aditya Nugraha selaku Head of Incubator IDX Indonesia. Selain itu turut hadir perwakilan startup sebagai narasumber seperti Rachmat Kaimuddin selaku CEO Bukalapak dan Suwandi selaku Direktur Utama PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk. Dan yang terakhir turut hadir, Primonanto Budi Atmojo selaku Kepala Divisi Investment Banking Capital Market 2 Mandiri Sekuritas sebagai narasumber.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) Edward Ismawan Chamdani mengatakan para venture capital siap memberikan dukungan penuh bagi para mitra startup untuk bisa menjadi perusahaan publik. “Sejak awal kami sebagai asosiasi venture capital memang memiliki visi untuk tumbuh dan berkembang bersama dengan mitra startup. Dimana semangat IPO ini merupakan sebuah hal yang positif. Tentu kami akan memberikan dukungan kepada rekan-rekan startup yang berkeinginan IPO agar bisa mencapainya.” Edward juga menjelaskan IPO adalah satu dari tiga opsi utama bagi perusahaan rintisan untuk berkembang selain merger dan akuisisi. Hal ini mengikuti prinsip sebuah perusahaan startup yang memiliki beberapa tahapan dalam perkembangannya. Usai mendapatkan pendanaan awal atau seed capital, startup akan memasuki tahap pendanaan bersama venture capital. Melalui IPO, startup akan mendapatkan kesempatan untuk menerima pendanaan yang tidak terbatas karena selain akses terhadap investor institusi, para startup yang melantai di bursa efek juga mendapat akses investor perorangan.
Seperti yang diketahui, Bukalapak dengan nama entitas PT Bukalapak.com dengan kode emiten BUKA, telah mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia pada 6 Agustus 2021 lalu. Entitas e-commerce tersebut bahkan memecahkan rekor BEI dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 87,60 triliun disertai realisasi pendanaan sebesar Rp 21,9 triliun. Tapi Bukalapak bukanlah entitas startup digital pertama yang melantai di pasar saham Indonesia. Dan, pasar saham tidak hanya ditujukan untuk startup berskala unicorn dan decacorn saja.
Di kesempatan yang sama juga dijelaskan bahwa Bursa Efek Indonesia sangat terbuka dan mendorong para startup dari kelas kecil, menengah, hingga besar untuk menjadi perusahaan publik. Saat ini Bursa Efek Indonesia juga memiliki wadah untuk membantu para startup yang sedang menuju IPO. Dalam wadah inkubator tersebut, para startup akan dibimbing dan diberikan pelatihan teknis agar memenuhi berbagai syarat dan prasyarat administrasi IPO. Sebagai sebuah startup besar, IPO merupakan cita-cita Bukalapak sejak awal. Bukalapak sendiri hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari lima bulan untuk menyelesaikan proses administrasi di OJK dan BEI. Senada dengan Bukalapak, Cashlez juga memilih IPO di saat perusahaan masih dalam tahap berkembang (early stage) karena ingin menjadi perusahaan yang menerapkan sustainability sedini mungkin.
Melalui paparan yang dibawakan, Otoritas Jasa Keuangan juga mengapresiasi langkah AMVESINDO dalam membimbing startup yang berminat IPO. Venture capital merupakan salah satu pihak penting dalam memajukan industri startup nasional. Karena itu OJK berkomitmen terus berdiskusi bersama para stakeholder tidak terkecuali AMVESINDO untuk meningkatkan kualitas, kemudahan, dan keberlanjutan industri di Indonesia.